Yak, mari kita mengernyitkan dahi bersama-sama pada judul postingan ini.
Apanya yang dipermudah? Apanya yang dipersulit?
Well, ini cuma pemikiran pribadi saya. Begini ceritanya.
Di antara karakter superhero-nya Marvel Cinematic Universe (MCU) yang tergabung dalam The Avengers, Thor termasuk salah satu yang punya film triloginya sendiri. Sejauh ini karakter MCU yang triloginya udah komplit adalah Iron Man, Captain America dan Thor.
Coba lihat Captain America, dari film pertama sampai ketiga, performanya terus meningkat baik dari sisi pendapatan secara worldwide maupun skor review di situs-situs review film paling umum.
Iron Man sempat merosot review-nya di film kedua, tapi naik lagi di film ketiga--bahkan film ketiganya tembus angka pendapatan 1M USD--peningkatannya pesat dari film kedua.
Thor juga mengalami penurunan skor review di film keduanya--padahal review film pertamanya juga nggak bagus-bagus amat. "Thor: The Dark World" bisa dibilang skor review-nya paling lempeng di antara film-film MCU lainnya. Intinya, Marvel Studio punya PR yang cukup besar untuk menjauhkan film ketiga Thor dari ancaman rapor merah.
Mereka harus membuat cerita yang lebih bagus, perkembangan karakter yang bermakna, termasuk memunculkan karakter-karakter baru yang menarik, action yang lebih greget dan keren. Mereka harus menceritakan Ragnarok--kejadian luar biasa menurut mitologi Nordik yang melibatkan pertarungan epik, bencana alam, dan jatuhnya Dewa-dewa.
Haruskah mereka membuat kisah yang dramatis, kematian-kematian, pertarungan yang maha dahsyat, ending yang harus penuh kesan--hmm... sutradara kawakan mana yang harus dipekerjakan untuk mengerjakan film epik ini?
Nope.
Yang kita dapatkan dari "Thor: Ragnarok" adalah sebuah film yang ringan, kaya akan humor yang--jujur aja--banyak recehnya, jauh dari kematian-kematian dramatis, dikerjakan oleh seorang sutradara asal New Zealand, Taika Waititi, yang biasa mengerjakan film-film komedi.
Sebelum saya disangka tukang kritik sok tahu, izinkan saya melanjutkan bahwa "Thor: Ragnarok" ini telah menjadi film Thor favorit saya karena paling menghibur.
Pertama saya agak heran, ke mana perginya "karisma" seorang Thor--yang meskipun di film-film sebelumnya juga punya sisi humor--tapi biasanya tetap punya aura "mighty". Tapi yaa... jujur saja, kadang kesan "dewa"nya itu justru jadi sisi karakter Thor yang membosankan. Saya pun mulai berpikir, "mungkin nggak buruk juga karakter Thor jadi kayak gini."
Thor yang receh ini jadi punya dinamika yang lebih menyenangkan dengan karakter-karakter lain seperti Loki, Hulk dan sosok Valkyrie yang dikaguminya.
Di sini saya mulai berpikir--yah, daripada Marvel maksa bikin film Ragnarok yang dramatis dan epik dengan effort dan resiko yang lebih besar, mendingan mereka bikin film Thor yang menghibur dengan kelucuannya. Toh mereka sudah berhasil dua kali dengan "Guardians of the Galaxy". Film epik yang dramatis lebih berresiko "kentang" kalau penyampaiannya ternyata kurang kuat. Tapi film yang menghibur jelas akan memenangkan hati penonton.
Yep, kenapa dipersulit kalau bisa dipermudah?
Di sini pemilihan Taika Waititi sebagai sutradara merupakan keputusan yang tepat. Waititi sendiri adalah aktor dan komedian, dan di "Thor: Ragnarok" ia memerankan karakter Korg. Nggak cuma itu--film komedi Waititi memang punya sentuhan khas. Lucunya sederhana tapi unexpected. Terlibatnya Waititi di sini jadi faktor paling besar yang membuat saya "takluk" oleh strategi Marvel menjadikan film Thor kaya akan humor.
Tentu saja, akan ada banyak orang yang nggak setuju dengan saya.
Banyak orang yang mengharapkan kisah Ragnarok yang lebih identik dengan mitologinya. Yah, sayang sekali mereka harus kecewa mendapatkan adaptasi yang agak terlalu bebas.
Tapi bagi mereka yang mencari hiburan dan tawa, atau sekedar excited dengan kelanjutan cerita film-film MCU yang selalu berkaitan--"Thor: Ragnarok" adalah salah satu film MCU yang paling menghibur.
SUPER ODDINARY

I'm almost ordinary if I'm not odd.
Popular Posts
-
Bagi kebanyakan fans franchise film X-Men dan penonton film pada umumnya, X-Men: Days of Future Past (2014) adalah film terbaik dari sem...
-
Meskipun blog ini rencananya bakal didominasi oleh review film superhero, saya ngerasa harus menyisipkan konten yang satu ini: review film I...
-
Sambil nunggu film superhero baru dirilis, saya mau coba bahas serial X-Men yang baru-baru ini selesai satu season, "The Gifted". ...
-
Akhirnya pertengahan Desember 2015 kemaren, 20th Century Fox merilis teaser trailer pertama film X-Men: Apocalypse yang akan tayang bulan ...
-
Taun 2016 bakal jadi taun bersejarah buat para penggemar film superhero/film adaptasi komik, sekaligus jadi tahun paling bokek karena s...
-
Setelah melewati beberapa fase MCU dengan berbagai macam film superhero-nya, kadang saya merasa "nggak ada yang mengejutkan lagi dari f...
-
Deadpool, Deadpool, Deadpool. *geleng-geleng kepala* Is he good? Is he bad? Satu hal yang pasti: the movie was a good comic-boo...
-
Film "Avengers: Infinity War" sudah membuktikan pengaruh besarnya sehingga mampu menggerakkan movigoers, fans Marvel, maupun fans ...
-
Postingan kali ini akan diawali dengan rasa malu karena saya udah ninggalin blog ini sejak Februari 2016, alias 1 tahun lalu. I had a go...
-
Buat para pecinta superhero Barat, khususnya film superhero besutan Marvel dan DC yang persaingannya lagi hot-hot- nya--saya yakin kehadi...
CREDIT
Icons (header and profile section) made by Smashicons from www.flaticon.com is licensed by

No comments:
Post a Comment