Infinity War: Salahkah Thanos?

Film "Avengers: Infinity War" sudah membuktikan pengaruh besarnya sehingga mampu menggerakkan movigoers, fans Marvel, maupun fans superhero pada umumnya--sampai-sampai film ini menjadi film dengan pendapatan terbesar dalam akhir pekan pertama penayangannya. Projek paling ambisius dari Disney/Marvel Studio ini memang salah satu event terbesar dalam sejarah film superhero.




Oke, Infinity War Keren. Terus, Apa Lagi?

Dari judul postingan kali ini, udah bisa ditebak kalo saya nggak cuma akan ngebahas film ini keren apa nggak--karena udah pasti saya akan bilang keren. Tentu saja, pasti ada orang-orang di luar sana yang nggak sependapat.
Ada yang bilang filmnya mengecewakan (ini golongan orang yang punya ekspektasi luar biasa tinggi sampai-sampai segitu kecewanya).
Ada yang bilang endingnya kentang (mungkin tipe orang yang nggak suka dibikin penasaran atau nggak tau kalo bakal ada Infinity Wart bagian 2).
Ada yang nggak paham 50% ceritanya (mungkin ini orang nggak ngikutin film Disney Marvel dari tahun 2008).

Let's say, dengan karakter sebanyak itu--dan kemunculan villain bernama Thanos yang sebelumnya cuma dicuplik dikit-dikit di film MCU sebelumnya--menurut saya sih "Avengers: Infinity War" udah berhasil membangun cerita, konflik, emosi, sekaligus hiburan yang layak diacungi jempol.

Jujur, waktu nonton untuk pertama kalinya, memang ada beberapa hal yang terasa kurang. Kerennya tetep dapet, tapi beberapa adegan kayak terasa dragging alias terlalu panjang. Mungkin itu euforia nonton pertama kali yang pengennya langsung dapet "menu utama"-nya kali ya.
Waktu saya nonton untuk kedua kalinya, saya makin bisa menikmati dan makin memahami juga hal-hal yang belum sempat diresapi pas nonton pertama kali.
Mungkin kamu pengen komen, "ya masa kudu nonton dua kali dulu buat bisa menikmati filmnya 100%?"
That's a good argument. Itu sebabnya kalo disuruh ngasih skor, saya nggak akan ngasih skor perfect juga. Tapi kekurangan film ini terkubur oleh "kesan" dan "petunjuk-petunjuk" tentang Infinity War bagian 2 nanti yang bikin makin excited. Saya paham bahwa Infinity War 1 ini punya tugas untuk "membangun konstruksi" dulu dari keseluruhan cerita yang mau diceritain ke penonton.


Sebuah Kesan: Thanos yang Karismatik

Bicara soal kesan, satu hal yang paling berkesan buat saya dari "Avengers: Infinity War" adalah Thanos, musuh terbesar Avengers--dan mungkin bisa disebut musuh semua makhluk hidup di seluruh galaksi.

Thanos the Mad Titan berambisi mengumpulkan enam Infinity Stone supaya dia bisa dengan mudah memusnahkan separuh kehidupan dari seluruh dunia. Sounds mad indeed.
Tapi cita-cita terbesar di balik tindakannya adalah untuk menyeimbangkan dunia. Hmm... okay, but still sounds kinda lunatic.
Alasan Thanos menginginkan keseimbangan dunia adalah karena dia mengalami dan menyaksikan kiamat atas planet kelahirannya, Titan, akibat populasi yang tak terkendali dan kekurangan sumber daya alam untuk bertahan hidup. Okay... NOW he sounds reasonable and relatable.

Tindakan keji Thanos didorong oleh sebuah krisis kehidupan, penderitaan, dan kesedihan. Tentu saja melakukan genosida itu perbuatan tidak termaafkan, apa pun alasannya--tapi film ini cukup pintar merepresentasikan Thanos sehingga muncul rasa simpatik ketika kita paham alasan dia berbuat jahat.
Kenapa orang bisa jadi gila seperti Thanos? Karena dia peduli--terlalu peduli terhadap krisis dunia sampai dia jadi gila. That's sad! Dia juga nggak pandang bulu--dia memusnahkan separuh kehidupan tanpa memandang latar belakang mereka. Dia kayaknya nggak punya kepentingan politik murahan gitu. Dia cuma punya ego yang besar dan gila untuk menciptakan keseimbangan dunia.

Satu hal yang paling bikin hati saya hancur adalah, meskipun keji dan gila, Thanos beneran sayang sama putri angkatnya, Gamora. That's... heart-breaking. Mengetahui makhluk sekejam itu ternyata punya rasa sayang tuh..... aduh, gimana gitu rasanya.
Kenapa postingan ini jadi MENYE gini...


Anyway, jadi Thanos salah apa nggak?
Satu hal: kalo kamu ngelakuin genosida, menghilangkan nyawa orang banyak, kamu udah pasti salah. So, tindakan Thanos itu salah.
Tapi, dalam sebuah sudut pandang yang lain, dalam dimensi berpikir yang berbeda, Thanos sebetulnya ingin menciptakan dunia di mana tidak ada orang kelaparan dan tidak ada ketimpangan. Sayangnya cara yang dia pilih sangatlah salah.


Inilah salah satu kesan dari film ini yang mengobrak-abrik hati nurani saya (hahaha).
Bukannya ngomongin gimana kerennya Thor dengan kekuatannya yang upgraded, betapa badass-nya Scarlet Witch melindungi Vision, betapa solidnya tim Captain-Widow-Falcon-Rhodes, betapa kocaknya Guardians of the Galaxy dan tim Stark-Strange-Parker, betapa kurangnya porsi Tim Wakanda (tapi ya udahlah), plus betapa geli liat Bruce Banner belum bisa akur sama Hulk.....
EH MALAH BAPER GEGARA THANOS.

Pada akhirnya, film ini bagus menurut saya karena berhasil membangun karakter Thanos, seorang villain yang cukup mengundang simpati meskipun metodenya dalam bertindak nggak bisa ditoleransi. Tentu saja kita juga disuguhi action yang seru, humor yang seger, dan..... dibikin harap-harap cemas menanti Infinity War 2 tahun depan! SPOILER: saya menantikan kemunculan Hawkeye, Ant-Man dan Captain Marvel di Infinity War 2!

Unknown

Just an oddinary writer.

No comments:

Post a Comment