Jadi ceritanya, beberapa waktu lalu kebetulan temen saya ngajak nonton pemutaran film yang diadakan oleh Kineforum. Film yang kami tonton berjudul "Rumah dan Musim Hujan"--tapi untuk tujuan komersial, judulnya diganti menjadi "Hoax". Sebetulnya film karya Ifa Isfansyah ini terbilang film lama--sudah tayang di festival tahun 2012--tapi memang baru dipasarkan dengan judul "Hoax" di tahun 2018 ini.
Film ini tentang apa sih?
Pertama kali temen saya ngajak nonton film ini, saya langsung berasumsi ini bergenre drama, tapi mendekati hari kami nonton, temen saya bilang film ini ternyata thriller. Saya sih nggak keberatan kalo thriller atau drama thriller, selama bukan hantu-hantuan. Belakangan setelah nonton, kami akhirnya ngeh kalo film ini tipe film omnibus--jadi dalam satu film ada tiga bagian cerita yang berbeda dengan tokoh utama berbeda dan genre yang berbeda. Sekarang kita kupas satu per satu ya...
Film diawali dengan adegan sebuah keluarga sedang bermain permainan di meja makan setelah berbuka puasa. Ada Bapak yang diperankan oleh Landung Simatupang, si sulung Raga (Tora Sudiro) dan pacar barunya Sukma (Aulia Sarah), si tengah Ragil (Vino G. Bastian) dan si bungsu Adek (Tara Basro).
Setting ceritanya di Jogja--nampak dari suasana rumah dan pembawaan Bapak. Kalo ketiga anaknya sih keliatan lah kalo logat Jawa-nya nggak beneran. :)) Dari adegan awal, kita bisa menangkap bahwa Bapak ini sudah berpisah dengan istrinya. Sang Ibu tinggal sendiri di rumah baru bersama Adek, sedangkan Ragil tinggal di rumah Bapak. Si sulung Raga tinggal di rumah sendiri (bareng pacarnya).
Setelah acara buka puasa selesai, pulanglah anak-anak, kecuali Ragil yang tinggal serumah dengan Bapak. Dari sinilah kita masuk ke cerita pertama...
Part 1 - Ragil
Cerita pertama fokus pada tokoh Ragil, si anak tengah. Saya nggak akan bahas detail sih, daripada jadi spoiler. Intinya, Ragil ini tipe anak yang berbakti banget sama orangtua. Dia merawat Bapak yang sudah tua, kadang pelupa, dan kadang kesehatannya menurun. Selain itu dia juga taat beribadah. Tapi, ternyata dia menyimpan rahasia yang besar dari keluarganya. Sebuah rahasia yang--bagi masyarakat kebanyakan--mungkin masih dianggap aib. Sebenernya Ragil sempat kelihatan ingin mengungkapkan rahasia itu pada Bapak, tapi nggak kesampaian... dan rahasia itu tetap tersimpan, bahkan bagi beberapa orang yang ngeliat mungkin terlihat seperti pengkhianatan.
Nah, cerita bagian pertama ini memang drama sih genre-nya. Makanya sampai sini saya sempet bisik-bisik ke temen saya: "thriller-nya mana?" Ternyata oh ternyata, jawabannya langsung disodorkan pada kami di cerita bagian kedua...
Part 2 - Adek
Setelah cerita Ragil diakhiri dengan 'twist' yang digambarkan dengan gamblang, tiba-tiba penonton dikembalikan ke adegan awal film--yaitu ketika acara buka puasa bersama selesai, Raga dan Sukma diantar keluar rumah sampai masuk mobil, dan Adek menaiki sepeda untuk pulang ke rumah Ibu.
Bedanya, kita diajak mengikuti Adek pulang ke rumah Ibu, bukan ke cerita Ragil lagi. Di perjalanan pulang, sesuatu hal yang mengerikan terjadi pada Adek. Sampai di sini kita sempat dibuat bertanya-tanya, kejadian mengerikan ini sebetulnya mistis atau bukan? Tapi begitu kita ikuti ceritanya, kita akan paham kok sebenarnya Adek mengalami apa di perjalanan pulang malam itu.
Naaah bagian thriller yang berbau mistisnya dimulai setelah Adek sampai di rumah Ibu. Nggak tanggung-tanggung, dijamin bakal bikin kamu merinding... meskipun kadang agak geli karena kita literally 'kejar-kejaran' kebenaran dengan berpatokan pada akting Jajang C. Noer yang memerankan Ibu.
Siapa yang benar? Siapa yang bohong?
Semua pertanyaan itu meneror kita di sela-sela adegan yang bikin kaget dan merinding... :))
Part 3 - Raga
Cerita terakhir, tentang Raga, mungkin bisa dibilang drama komedi... meskipun komedinya lebih di awal dan makin ke belakang makin drama aja. Kisah Raga ini mungkin kisah yang paling menonjolkan kata 'hoax' sih menurut saya. Di sini Raga dan Sukma harus menghadapi kekhwatiran hamil di luar nikah--eeh tetiba muncul mantan pacar Raga yang menambah masalah.
Buat yang suka intrik-intrik dalam hubungan percintaan, mungkin bakal enjoy cerita bagian terakhir ini. Kita juga diajak menangkap isu-isu sosial yang kerap terjadi di masyarakat. Sekilas, mungkin alur ceritanya sederhana. Tapi, ada beberapa isu yang bisa jadi bahan pemikiran kita, atau minimal jadi aware aja deh. Contohnya nih (SPOILER ALERT):
- Isu perceraian orangtua
- Isu homoseksual
- Isu kekerasan seksual
- Hubungan di luar nikah
- Hubungan beda agama
- Isu kekerasan dalam rumah tangga
- Makna keluarga
Isu makna keluarga mungkin yang paling terasa, terutama begitu memasuki adegan paling akhir. Setelah cerita Ragil, Adek dan Raga selesai--film ditutup dengan adegan di rumah Bapak lagi. Di situ Ragil, Adek, dan Raga muncul di ruang makan (untuk sahur kalo nggak salah)--dan ketiganya tetap kelihatan BIASA AJA, KAYAK NGGAK ADA KEJADIAN APA-APA.
Ketiganya tetap menyimpan kejadian dan permasalahan masing-masing, menjadikannya rahasia-rahasia yang dingin di tengah suasana keluarga yang tenang dan seolah hangat. Dari sudut pandang penonton yang sudah tahu apa rahasia mereka masing-masing, adegan itu kelihatan cukup menusuk. Mengapa tak ada kedekatan nyata di dalam keluarga ini selain basa-basi saja? Itu salah satu kesan yang saya dapatkan.
Film ini membangkitkan ketertarikan saya terhadap film Indonesia. Jujur, sampai sekarang saya belum jadi peminat film Indonesia (saya akui ini sikap yang perlu di-challenge). Mungkin karena masih terlalu banyak film Indonesia yang genre-nya seputar romance drama dengan pemain berakting standar dan mindset 'yang-penting-syutingnya-di-luar-negeri'. Alhasil saya picky banget dalam menonton film Indonesia--kalau nggak karena dipaksa nemenin temen ya paling yang rajin saya tunggu adalah film-film Ernest Prakasa karena dia idola saya. :)
Saya tau banyak juga film festival buatan anak bangsa yang sangat layak ditonton, tapi kekurangan saya adalah piknik saya kurang jauh sehingga belum punya temen yang bisa diajak berburu event nonton film festival Indonesia. ^_^; Saya akui saya juga masih dalam fase 'tersihir' banget dengan film-film garapan luar, jadi saya lebih banyak invest waktu di situ. I know I have to put more faith in Indonesian films. Just give me time to develop more interest and awareness. Untungnya, berkat nonton "Rumah dan Musim Hujan", ketertarikan saya sangat meningkat. :)
Semoga ke depannya minat saya ke film Indonesia makin besar lagi. Maju terus perfilman Indonesia!


No comments:
Post a Comment