5 Film Horror yang Kurang Populer, tapi Berkesan!


Mungkin abis baca judul di atas terus ada yang ngebatin, "Film horror kok berkesan sih? Film horror ya nakutin atau ngagetin aja!" 

Masalahnya, saya punya hubungan putus-nyambung dengan genre horror dalam popular culture. Waktu kecil saya suka sama film, komik dan buku cerita horror, termasuk merambah ke mystery-scifi dan thriller. Semakin dewasa, ternyata saya tambah penakut dan mulai menghindari film horror (karena efeknya bikin susah tidur sampe semingguan).

Film horror yang biasanya saya hindari adalah yang melibatkan hantu and the gank. Selain itu saya anti banget sama film splatter (gore) macam Saw dan film zombie. Sedangkan film slasher... well, ada sih slasher yang bagus tapi biasanya slasher juga banyak gore-nya trus jadi sama aja kayak splatter. Kalo kategori psychological, drama atau sci-fi thriller saya masih suka, apalagi kalo ceritanya bagus.

Sejak 4 tahun belakangan, saya mulai melirik lagi film-film horror tertentu yang review-nya bagus aja atau yang populer di kalangan movie-goers--The Conjuring contohnya. Nah, di sini saya nggak mau bahas film horror yang udah populer seperti Conjuring, Insidious, Paranormal Activity dsb, melainkan justru film yang ternyata berkesan tapi nggak banyak yang tahu.
Oke deh langsung aja cek list berikut ini ya.

=========================================================
Semua film horror di bawah ini untuk 17 tahun ke atas karena adegan yang menakutkan, membuat tidak nyaman dan mengandung kekerasan.
=========================================================



The Exorcism of Emily Rose


Di antara banyaknya film bertema atau berjudul "exorcism" di luar sana, yang paling terkenal dan review-nya bagus adalah The Exorcist (1973)--it was basically a classic. Tapi jujur aja saya belum berani nonton sampe sekarang. :( 
Nah, tahun 2005, keluarlah film The Exorcism of Emily Rose yang diangkat dari kisah nyata. Tapi setelah difilmkan ya nggak 100% sesuai kisah nyata juga sih. Saya ingat film ini direkomendasiin sama temen kuliah. Tadinya sih saya pikir ini tipikal film bertema pengusiran setan seperti biasanya. Kenapa ternyata film ini berkesan? Karena ini film horror pertama yang membuat saya menitikkan air mata (yang kedua The Conjuring).
Film ini lumayan mengusik keimanan bagi yang beragama Kristiani, jadi jujur aja saya nangis waktu ceritanya Emily memilih penderitaan untuk menunjukkan bahwa iblis dan Tuhan itu ada. Selain itu film ini dibungkus dengan drama persidangan. Di adegan pengadilan inilah diperlihatkan dinamika ketika kepercayaan diadu dengan logika scientific.
So, meskipun film ini tetep ada adegan jumpscare-nya dan nuansa yang tercipta memang horror, tapi bagi saya film ini lebih ke sedih sih. Makanya saya bahkan berani nonton film ini malem-malem pas cuma ada bokap saya di ruang sebelah.


Scout's Guide to the Zombie Apocalypse


Seperti yang udah saya tulis, saya paling anti sama film splatter yang banyak gore-nya. Dan dari dulu saya nggak pernah suka film zombie (kecuali Warm Bodies karena fokus ceritanya di hal lain, bukan cuma zombie makan-makan). Tapi saya harus menyangkal kebencian saya sendiri hanya karena salah satu aktor favorit saya, Tye Sheridan, tetiba main di film Scout's Guide to the Zombie Apocalypse ini. Demi dedek Tye, saya cek trailer film ini dan... hey, interesting. Soalnya ini film zombie tapi dikawinkan sama scouts (Pramuka). Fixed lah ini film zombie berbumbu humor, jadi saya beranikan diri nonton dan... ternyata jadi lumayan enjoy.
Film ini dibuat bukan untuk dianggap serius, makanya nontonnya jadi enjoy. Banyak bumbu humor yang--well, mesum dan jorok. Tapi tetep aja lucu dan membantu saya untuk nggak terbebani dengan zombie-zombie yang muncul di film ini. Tontonlah film ini kalo kamu udah 17 tahun ke atas. Basically film ini lumayan menghibur buat yang suka film horror tapi mungkin akan terasa sepele buat yang terbiasa nonton film splatter garis keras.


The VVitch


Oke... film yang ini adalah salah satu film yang bikin saya nggak nyaman dan haunted banget selama menonton. Trus kalo nggak nyaman kenapa dimasukin list film horror yang berkesan? Ya justru karena rasa tidak nyaman adalah horror yang sesungguhnya. Bukan teriakan-teriakan annoying atau jumpscare berlebihan yang bikin jantungmu loncat sia-sia ketika sosok yang nongolnya ngagetin itu ternyata cuma tetangga sebelah atau curut. Pembuat filmnya punya cara pintar nan mengerikan untuk menciptakan horror yang menghantui penontonnya.
The Witch ini setting-nya tahun 1600-an di Inggris, ketika orang-orang masih berpegang banget sama agama dan ini juga zamannya penyihir berkeliaran. Surem. Bayangin aja deh setting-nya kelam, di hutan antah-berantah, logat dan bahasa Inggris orang-orangnya masih jadul (bukan British modern kayak di Harry Potter), orang-orangnya kayak nggak pernah mandi, trus mereka harus berurusan sama penyihir yang jahat.
Kamu nggak akan menemukan wajah-wajah seram yang ditunjukkan secara blak-blakan di sini. Tapi siap-siap aja karena film ini punya cara tersendiri untuk menunjukkan sosok si penyihir dengan cara yang bikin makin merinding. Bahkan baru seperempat film saya musti me-minimize jendela video player saya sampe kecil karena takut nonton film ini dengan layar yang maksimal (padahal cuma di laptop, bukan bioskop).
Singkat kata... film ini suram dan ngeri. Ada beberapa adegan yang eksplisit dan bikin ngilu, meskipun nggak banyak tapi lumayan bikin ngeri sendiri. Film ini juga punya muatan soal keyakinan, keimanan dan kekeluargaan. Ending-nya nggak bisa dibilang happy ending juga.


Don't Breathe


Film thriller satu ini nggak ada elemen supernatural sama sekali, makanya saya ngerasa aman dan tertarik-tertarik aja buat nonton. Apalagi kata kakak saya filmnya bagus. Ternyata, meski nontonnya udah siang-siang pun, saya tetep gelagepan nontonnya. Buat saya yang lemah terhadap film-film bertema makhluk tak kasat mata, film ini justru mengingatkan saya bahwa manusia bisa jadi lebih menyeramkan daripada hantu.
Waktu saya baca sinopsisnya duluan, saya antara tertarik (karena cukup twisting) tapi juga jadi nggak kaget lagi sih karena udah tahu premisnya. Eitss... jangan salah. Meskipun udah tau premis ceritanya kayak apa, tapi waktu nonton dijamin masih terlonjak-lonjak kaget dan tetep tegang banget. Tetep ada bagian-bagian dan plot cerita yang nggak disangka-sangka, meskipun formula thriller kayak kejar-kejaran sama penjahat tetep ada.
Satu hal lagi yang berkesan selain deg-degan dan lupa napas (selaras ama judulnya), di film ini keberpihakan kita juga dimainkan. Semua tokoh yang ada di film ini nggak ada yang 100% baik, jadi kalo saya pribadi sih nonton film ini bener-bener nggak punya ekspektasi semacam "semoga tokoh utamanya selamat" atau "semoga penjahatnya ketangkep". Saya cuma bertanya-tanya, gimana si pembuat film ini menentukan nasib para tokoh supaya menarik. Dan... well, ending film ini berhasil membuat saya mengumpat dalam hati. Itu justru menandakan bahwa si pembuat film berhasil menyetir perasaan saya sebagai penonton.


The Babadook


Now, this is the best yet. Saya lupa pertama kali tahu The Babadook dari mana, tapi saya inget ngecek film ini di Google dan menemukan bahwa rating-nya di Rotten Tomatoes maupun Metacritic tinggi banget. Karena penasaran, nontonlah saya... dan memang film ini nggak cuma sukses meneror perasaan penonton dengan cerita horror-nya, tapi juga memiliki makna yang mendalam.
Mungkin bagi beberapa orang yang suka horror kaget-kagetan, film ini awalnya akan terasa agak flat. Film ini memang banyak dibungkus dengan drama tentang ibu tunggal yang harus membesarkan anak lelakinya, di mana sang ibu belum bisa move on dari kematian suaminya 6 tahun lalu. Mereka harus menghadapi kesulitan keluarga... plus teror dari Babadook. Tapi makin ke tengah bakal makin ngena kok. 
Pertama, tokoh jahat Babadook sendiri secara karakter udah meninggalkan kesan banget--mulai dari namanya, visualnya yang creepy, kemunculannya lewat buku cerita anak-anak--bener-bener tokoh yang mampu menakuti bahkan orang dewasa.
Kedua, ada makna tersembunyi dalam film ini yang akan kamu temukan ketika kamu bertanya-tanya, "anjir nakutin banget sih Babadook ini, sebenernya makhluk apaan sih dia?" Nah, ketika kamu mulai berpikir, berpikir dan berpikir... makin deket akhir film kamu akan makin paham sebetulnya apa Babadook itu, serta apa maksud dan pesan yang ingin disampaikan si pembuat film lewat film drama horror ini.
Saya nggak mau terlalu detail ngebahas film ini karena nggak asyik kalau udah kena spoiler sebelum nonton filmnya. Intinya film ini menawarkan horror yang sesungguhnya, yang sangat manusiawi dan realistis. Babadook bisa dibilang seperti metafora, dan menonton film ini akan membuka mata kita tentang bagaimana manusia harus berjuang melawan kesedihan dan penderitaan hidupnya.



Okeee... selesai sudah daftar singkat film horror yang nggak populer tapi berkesan versi Super Oddinary. Saya cuma mau mengingatkan sekali lagi bahwa film-film ini sebaiknya ditonton oleh mereka yang sudah dewasa (17+). Selain beberapa adegannya eksplisit, butuh kedewasaan untuk mengatasi perasaan takut dan menangkap makna sesungguhnya dari film-film ini. Buat yang udah dewasa, bantu supaya adik-adik kita jangan nonton film yang nggak sesuai umurnya ya. :)

See you again.

Unknown

Just an oddinary writer.

No comments:

Post a Comment