[REVIEW] Fantastic Four Reboot: My Thoughts


Akhirnya, tanggal 12 Agustus kemaren saya langsung ke bioskop untuk nonton Fantastic Four yang udah lama bikin saya penasaran. Sabtu ini saya nonton lagi untuk kedua kalinya.

Sebelum menuliskan beberapa pendapat dan komentar saya tentang film kontroversial ini, overall nilai yang saya berikan untuk Fantastic Four setelah menonton dua kali adalah:

6/10.



Di bawah ini adalah list komentar saya secara garis besar tentang film F4 (MIGHT CONTAIN SPOILERS!):

- Saya cukup senang dengan cast-nya.
- Saya suka tone yang dark dengan nuansa agak horror di film ini.
- Saya senang karena film ini menceritakan background story masing-masing karakter dengan cukup realistis.
- Pendekatan sci-fi menurut saya lumayan menarik dan beda. Tapi seharusnya bisa disampaikan/dieksekusi dengan lebih menarik dan exciting lagi.
- Special effect kurang bagus, terutama untuk Human Torch dan adegan terbangnya. Action scene biasa aja.
- Cutting per adegannya juga kurang bagus sehingga cukup banyak momen 'krik krik'. Memang film ini sengaja dibikin cenderung kelam, tapi harusnya 'krik krik'-nya bisa diminimalisasi dengan teknik pemotongan dan editing yang bagus.
- Kate Mara yang memerankan Sue Storm keliatan banget pakai wig.. haha, ini keluhan minor sih. Udah ada kabar kalo mereka memang harus shooting ulang setelah shooting seharusnya selesai, dan saya rasa itu sebabnya Kate harus pake wig. Mungkin shooting ulangnya terjadi waktu Kate udah terlanjur potong rambut.
- Karakter Doom kurang dalam digali, terutama bibit-bibit pikiran jahat dan persaingannya dengan Reed. Setelah dia ditemukan di dimensi lain pun seharusnya ada beberapa scene lagi yang menjadi trigger kemarahannya dan 'kegilaan'nya.
- Beberapa adegan yang ada di trailer nggak muncul di filmnya. Ini juga mendukung rumor bahwa ada konflik sehingga Trank sang sutradara didepak dari proses post-production.



Lebih detailnya lagi...
Tentang pemeran. Saya termasuk orang yang nggak keberatan ketika sutradara Josh Trank memutuskan untuk menampilkan F4 versi muda.
Aktor yang dipilih pun semuanya bertalenta: Miles Teller (Reed Richards/Mr. Fantastic), yang terbukti brilian banget di film Whiplash. Michael B. Jordan (Johnny Storm/Human Torch), dulu pernah main di film Chronicle dan penampilannya apik. Toby Kebbell (Doom), adalah pemeran Koba di film Dawn of the Planet of the Apes dan penampilannya memerankan tokoh villain (CGI pula) terbukti top abis. Sedangkan untuk Kate Mara (Sue Storm/Invisible Girl) dan Jamie Bell (Ben Grimm/The Thing), saya belum pernah nonton film mereka sebelumnya tapi sejauh ini banyak suara positif mengenai penampilan mereka.

Meskipun para aktor utama dalam F4 ini semuanya elit muda, tapi memang nggak bisa saya pungkiri bahwa di beberapa bagian film ini akting mereka kayak nggak maksimal. Ini entah karena directing dari Josh Trank memang begitu, atau rumor yang beredar memang benar: banyak masalah dan konflik terjadi sejak awal proses shooting. Bisa kebayang kan, gimana nggak nyamannya lokasi dan proses shooting yang diwarnai banyak masalah di mana hubungan antara sutradara dan aktornya kurang harmonis? Lumrah kalo aktornya kehilangan mood untuk berakting maksimal.

Was it THAT Bad?
Banyak kritikus dan penonton yang bilang film ini membosankan.

Pertama, yang namanya menilai film pasti pakai selera juga. Membosankan bagi mereka, tapi saya pribadi masih bisa menangkap sisi menariknya. Terutama bagian-bagian yang dikemas dengan tone semi-horror.
Ya untuk kamu-kamu yang biasanya berpatokan pada review dan skor IMDb atau Rotten Tomatoes, monggo aja sih. Nggak salah kok kalo selera film kamu sejalan sama kritikus mainstream. Mungkin juga kamu berpikir dari sudut pandang pembeli, yang mana biasanya pembeli akan mencari tahu testimoni dan kredibilitas suatu produk sebelum membeli. Itu hak kamu sebagai konsumen.
Cuma, kalo saya adalah tipe yang ingin membuktikan sendiri dengan menonton dan menilai sendiri film itu. Saya pengen punya opini saya sendiri dan kebetulan memang saya tertarik dengan visi yang dijanjikan oleh film F4, yaitu pendekatan science fiction yang dark. Dan ternyata setelah menonton sendiri saya memang punya pendapat beda sama suara mainstream. Saya masih bisa menikmati film ini, meskipun saya juga bisa menyebutkan kekurangan-kekurangannya seperti yang udah saya list di bagian atas. Film ini memang sangat tidak sempurna tapi punya 'charm' yang membuat saya pengen nonton lagi.

Kedua, para kritikus dan penonton (terutama peminat komiknya) udah terpatok mati dengan standar film superhero yang terbangun melalui film-film superhero Disney Marvel: Iron Man, Captain America, Avengers, Guardians of the Galaxy, Ant-Man, etc. Bagi para kritikus, pengamat film dan terlebih lagi comic fanboys, mereka kayak udah punya standar bahwa film adaptasi komik itu ya harusnya loyal sama komiknya. Jadi film superhero yang dibikin 'gelap' dan beda dari komik itu haram hukumnya. Hmm... boleh aja sih punya standar penilaian, tapi kadang jadi terdengar kurang open-minded.
Kalau saya mikirnya gini. Film superhero itu kan banyak, ada yang keluaran Disney Marvel, ada yang keluaran Fox Marvel, Sony, DC/Warner Bros dan lain-lain. Sebagai penonton saya mau ada keberagaman--termasuk keberagaman style bercerita. Itu sebabnya saya suka sama cara Fox mengemas film X-Men yang ada 'dark'nya, nggak terlalu komikal, tapi kadang ada sedikit humor. Begitu juga dengan The Amazing Spider-Man yang dibikin Sony. Style ala Disney Marvel juga menarik dan lebih mudah dinikmati, meskipun kadang ada yang terlalu komikal dan cheesy. Kemudian ada DC/WB yang cenderung gelap banget filmnya sejak Batman trilogy-nya Nolan dan Man of Steel.
Intinya, saya menikmati ketika studio-studio ini menyajikan keberagaman style. Justru saya bakal cepet bosen dan lelah kalo semua film superhero dibikin ala Disney Marvel. Makanya ketika F4 ini dijanjikan bakal beda, gelap, dan sangat sci-fi... justru style dan tone yang beda itu yang membuat saya tertarik.

Ketiga, perlu diketahui bahwa (seperti yang udah saya tulis di blog entry sebelumnya) F4 ini udah diselubungi berita miring sejak awal, pertengahan produksi sampai rilisnya. Maaf aja tapi sebagian besar penonton pikirannya udah ketutup sama berita miring sehingga banyak dari mereka yang latah ngehujat film ini. Kalo baca di internet, bahkan ada reporter media online yang belum nonton film-nya tapi udah nulis review negatif tentang film ini. Nah lo. Sori aja tapi kalo caranya kaya gitu sih udah jelas saya nggak akan mengindahkan tulisannya satu huruf pun.

Keempat, ada sebagian orang yang memandang negatif F4 karena cast-nya. Sebagian adalah orang-orang rasis yang nggak suka Johnny Storm diperankan aktor Amerika Afrika. Salah satu temen baik saya sendiri yang nonton bareng saya juga gitu soalnya, dia nggak seneng karena pemainnya nggak ada yang ganteng kayak Chris Evans. Kalo bukan temen deket udah saya ajak berantem di bioskop detik itu juga deh kayaknya. -_- Tapi ada juga temen saya yang lain, yang bisa berpikir objektif--dia sebenernya udah terlanjur seneng sama cast F4 yang lama, tapi tetap bisa menilai bahwa F4 reboot ini nggak seburuk itu kok.

So, intinya sih... I am still with my own opinion: IT WAS NOT THAT BAD.
Tadinya mau saya kasih skor 5.5/10, tapi karena setelah nonton untuk kedua kalinya saya tetep bisa enjoy, saya kasih deh 6/10.


Apakah Ada Harapan untuk Sequel?
Kalo saya bilang sih HAJAR BLEH.
Comic fanboys berulang kali bilang (separuh mengutuk): kalo F4 sampe gagal di box office, maka hak cipta filmnya bakal balik ke Disney Marvel. Saya bosen denger 'kutukan' itu tapi memang masih mungkin terjadi sih. Udah ada case study di mana Sony juga akhirnya bikin deal sama Marvel begitu The Amazing Spider-Man 2 performanya di box office jauh dari harapan. Sekarang film Spider-Man bakal di-reboot lagi oleh Disney Marvel.

Tapi kalo buat saya, Fox mending lanjutin aja sequelnya F4. Toh Fox nggak punya masalah finansial seperti Sony waktu rugi The Amazing Spider-Man.
Fox bisa bikin sequel F4. ASALKAN... ada strategi khusus untuk 'ngebersihin' nama F4 sehingga mereka bisa memenangkan kembali hati penonton (penonton pasti udah terkontaminasi oleh review buruk yang tersebar di berbagai media). They only need a damn good strategy and the balls to do so.

Sejak sekitaran bulan Juli 2015 ini, pihak Fox dan sutradara film X-Men, Bryan Singer, nggak membantah bahwa memang ada ide untuk crossover antara X-Men dan F4. Banyak fans yang antusias dengan ide ini. Nah, ini bisa jadi salah satu jalan untuk mengembalikan nama baik F4, yaitu membuat film crossover F4 dengan X-Men, dan harus jaminan filmnya bakal keren banget. Minimal selevel X-Men: Days of Future Past deh.
Kalo strategi crossover ini berjalan lancar, sepertinya nggak menutup kemungkinan F4 bakal dibuatin sequel sesuai rencana awal. Lagipula sebagian besar orang juga pasti udah denger kalo inti permasalahan F4 adalah eksekusi/produksinya. Dengan sutradara, script writer dan produser yang mumpuni, harusnya Fox mampu memperbaiki F4 tanpa harus reboot dan casting lagi.

Sampai sekarang sih beritanya masih belum pasti. Meskipun udah ada portal berita yang mengatakan bahwa Fox tetap bakal lanjut bikin sequel F4, tapi kita kan nggak tahu apa yang bakal terjadi ke depannya. Beberapa fans dan pecinta film Fox Marvel sih berspekulasi sequel F4 berikutnya akan diproduseri oleh Bryan Singer, sutradara X-Men yang saat ini sedang mengerjakan X-Men: Apocalypse. Wow, kalo Mr. Singer bisa menggandeng script writer dan sutradara yang tepat mantap untuk menggarap sequel F4, I think I'm in.
Tapi ada juga yang menebak-nebak; pada akhirnya Fox akan 'mengembalikan' F4 ke Disney Marvel sebagai bagian dari pertukaran dengan hak untuk membuat serial TV X-Factor (X-Men).

Welp, mari kita tunggu dan lihat perkembangan dari Fox tentang rencana mereka untuk F4.

Unknown

Just an oddinary writer.

No comments:

Post a Comment